Jumat, 22 Januari 2010

Mengapa Sulit Menulis Pada Halaman Awal??

Oya, mengapa kita selalu aja sulit buat nulis pada halaman awal? mungkin ada kalanya kita bingung mau ungkapin apa yang ada dalam hati kita.....!!!!padahal materi dah banyak bgt...tingggal tuang aja...pi kita gak tau darimana mulainya...

Ini bukan masalah sepele saja kok, dan sejujurnya juga bukan masalah menulis saja. SEMUA permulaan itu sulit. Masalahnya kita nggak bisa langsung melompat ke bagian belakang, jadi mau nggak mau kita harus melewati "permulaan" itu.

Nah, kayaknya kita memang harus latihan ya. Ingat, seribu langkah itu dimulai dari satu langkah. Satu novel dimulai dari satu kata. Satu kata dimulai dari ...tepat...satu huruf. Jadi kenapa kita tidak mulai dari satu huruf. Misalnya secara acak aja kita pilih huruf A. Oke, mulailah menulis dengan huruf A. Ada berapa kemungkinan ya? Aku, Alangkah, Andai.

Oke, sekarang kita udah punya kata. Kita terusin yuk!

Aku sedang sedih!

Alangkah mudahnya hidup ini, kalau ada Doraemon.

Andai aku Superman, tentu aku nggak lagi di sini, manyun seorang diri.

Tentu saja nggak setiap kalimat awal ini akan "sreg" di hati kamu. Don't worry, kita bisa cari dan cari lagi kemungkinan lain yang tidak terbatas jumlahnya. Makin sering berlatih tentu makin mudah.

Oke, next, kok sulit banget sih mengungkapkan apa yang kita pikirkan padahal banyaaakk banget yang ada di dalam kepala?

Menurutku itu karena kadang kita pengin mengungkapkan SEMUA! Tentu saja kita jadi kewalahan sendiri. Jadi kenapa tidak kita ambil sedikit dulu. Untuk sesaat, singkirkan yang lain. Berat memang, tapi kayaknya harus deh! Sama dengan di atas, kita juga butuh latihan. Mulai dari mana? Yup, mulailah dari satu huruf, lalu satu kata, lalu satu kalimat.

So, selamat berlatih ya.

Cara Menghidupkan Karakter..

diantara kalian yang suka nulis,mungkin pernah bertanya-tanya bagaimana cara menghidupkan karakter dalam novel kita.


Apa aja sih ciri-ciri karakter yang 'hidup' itu? Biar kita bisa menilai sendiri (biar lebih PD) 'kekuatan' dari karakter yang kita buat.
Apa dari dialognya? Gimana caranya biar karakter kita bisa terasa 'hidup'?





Yuk, langsung kita bahas. Karakter (atau tokoh) merupakan unsur utama dalam sebuah cerita. Banyak yang bilang karakter lah yang menentukan plot, bukan sebaliknya. Pendapat ini ada benarnya. Suatu novel memiliki plot tertentu karena adanya tokoh utama yang khas. Kalau tokohnya diganti, kemungkinan besar plotnya akan berubah.



Banyak cerita yang dimulai dari kemunculan tokoh, bukan plot, bukan tema. Ini sama sekali nggak aneh. Tokoh yang kuat bakal menciptakan plot yang menarik.



Beberapa penulis bahkan mengatakan si tokoh suka jalan sendiri. Kadang kala penulis tak kuasa membendung kemauan si tokoh. Ini mungkin sulit dipahami, tapi ada benarnya lho. Maksudnya si tokoh punya keistimewan dan keterbatasan yang tidak bisa “ditawar” oleh penulis. Jadi kesannya penulis dibatasi oleh tokoh ciptaanya sendiri. Misalnya nih penulis Superman rasanya tidak mungkin membuat cerita di mana Superman nongkrong-nongkrong di bar, merokok, minum-minum, dan nggodain cewek. Kenapa? Masih nanya? Ini Superman lho yang kita bicarakan, pahlawan teladan idola kita bersama hehehe.



Oke deh sebelum keburu pingsan membaca tulisanku yang kepanjangan, kita bahas yuk apa yang bisa kita lakukan untuk menghidupkan karakter kita.



1. Kuat dan Jelas

Menurut Donna (editor GPU) di http://novelku.com/isi/tips01.html tokoh yang kuat adalah tokoh yang membuat pembaca langsung kenal dengan mereka. Donna berpendapat tokoh yang kuat memiliki gambaran fisik dan karakternya jelas. Aku setuju dengan Donna. Superman, Sinchan, dan Donal Bebek adalah contoh karakter yang kuat. Mereka unik dan mudah dikenali. Rasanya kalau suatu hari kamu orang pakai baju dengan simbol S dan jubah merah, tapi ngupil di depan umum, kamu akan bilang, “Itu bukan Superman. Superman yang gue kenal sih nggak gitu.” Seolah kamu tahu Superman secara pribadi.



2. Memiliki detail

Detail membuat karakter hidup. Dalam film Vanilla Sky ada tokoh yang hanya muncul dalam mimpi. Tokoh ini –namanya McCabe – berusaha meyakinkan bahwa ia nyata. Ia bilang, “Aku benar-benar ada, aku punya dua anak perempuan.” McCabe memang selalu bercerita bahwa ia punya kebiasaan makan malam dengan dua putrinya tiap hari Rabu. Tentu saja detail ini membuat McCabe terasa nyata. Tapi ketika ia ditanya, “Siapa nama anakmu?” dia tidak bisa menjawab dan gugurlah keyakinan bahwa ia adalah tokoh yang nyata. Ini sebuah contoh bahwa orang hidup nyata memiliki detail; nama, hobi, rutinitas, penyakit, kebiasaan buruk, makanan kesukaan.



Begitu pula bila kamu ingin menghidupkan karakter novelmu. Ungkapkan detail-detail kecil yang relevan. Ingat, yang relevan. Secara fisik kamu mungkin bisa menyebutkan si tokoh punya tahi lalat di atas bibir, yang konon berarti ia cerewet setengah mati. Atau tokohmu punya kebiasaan berkedip terlalu sering, alergi terhadap tomat, benci pada anjing, memiliki kata favorit, dan lain sebagainya.



3. Konsisten

Bila tokohmu memakai kata “gue” dalam kesehariannya, maka di sepanjang novel jagalah supaya ia menggunakan kata “gue” terus –kecuali dalam konteks-konteks tertentu—. Kalau ia memang aktivis lingkungan hidup yang fanatik, jangan buat cerita ia jalan-jalan dengan jaket dari kulit macan. Kalau ia alergi gandum, jangan bikin adegan ia makan pizza dan nggak kenapa-kenapa.



4. Logis secara psikologis

Semua sifat, pemikiran, ucapan, dan perbuatanmu harus cocok dan logis. Ini kadang sulit karena kita kan bukan si tokoh. Misalnya kamu menggambarkan seorang anak berusia lima tahun yang menghadapi perceraian orang tuanya. Nah, kamu harus tahu gimana sih pemikiran anak lima tahun itu. Jangan sampai ada dialog seperti ini terucap dari si tokoh, “Mama dan Papa bercerai. Pengadilan memutuskan hak perwalianku jatuh ke tangan Mama, jadi deh sekarang aku tinggal bersama Mama.” Wah ini akan terdengar terlalu canggih untuk anak usia lima tahun yang biasa-biasa saja. Anak lima tahun, mungkin bahkan nggak tahu apa itu perceraian. Mungkin ia hanya bisa bilang, “Kok Papa pindah lumah sih? Kok aku sekalang tinggal dengan Mama saja?”



5. Nyata

Nyata di sini bukan berarti kamu nggak boleh menciptakan tokoh imajinatif seperti Spiderman dan Harry Potter. Nyata di sini adalah korelasi antara tokohmu dengan kehidupan pembacanya. Harry Potter bisa jatuh cinta. Harry Potter bisa marah. Spiderman bisa patah hati dan cemburu. Ini akan membuat pembaca bisa merefleksikan kehidupannya dengan si tokoh. Nggak heran nanti ada pembaca yang bilang, “Eh tokok si A dalam novelmu itu gue banget deh.”



6. Mengalami perubahan

Ini khusus untuk tokoh utama. Tokohmu harus mengalami suatu plot yang akhirnya bisa memberi perubahan pada dirinya. Perubahan itu tidak berarti dari baik jadi jahat atau dari buruk rupa jadi cantik. Perubahan ini bisa berupa apa pun yang merupakan dampak serangkaian plot yang ia alami, misalnya naik kelas (karena time frame ceritamu adalah satu tahun dari tahun ajaran baru) atau akhirnya menikah dengan pria idaman, atau jadi psikopat.



Menjawab pertanyaan Marli apakah dialog bisa membuat karakter hidup? JELAS DONG! Dialog menggambarkan karakter dan bila dikombinasikan dengan pas dialog ini akan membuat karakter lebih kuat dan sebaliknya. Buah pikiran, kemauan, dan juga sifat-sifat karakter bisa diungkapkan melalui dialog. Bila karaktermu lucu, dialog yang lucu darinya akan membuat kelucuan si karakter menjadi lebih kentara. Bila karaktermu adalah orang Sunda, sedikit kosakata dan dialek Sunda dalam dialognya akan membuat tokohmu terasa lebih nyata.

Susaaaah Banget Menuangkan dalam Kata-kata

Pernah nggak kalian mengalami seperti yang ditulis Stella di bawah ini?



Justru itu masalahnya.. Ide-ide buat novel lain yang bermunculan, juga sama aja stuck ditengah2... Jadinya, aku ga pernah bisa nyelesain novel itu.. Bener-bener bingung banget.. Pada dasarnya aku udah tau jalan ceritanya. Tapi susah banget dituangkan ke dalam kata2.. Selain itu, aku juga bingung mau ngelanjutin pake cerita yang kaya gimana.. Tapi, untuk garis besar novelnya, aku udah tau..


Memang butuh latihan, tekad, dan semangat untuk menyelesaikan novel. Istilahnya bikin novel itu adalah lari marathon 10K. Napas harus benar-benar panjang. Pandai-pandailah mengaturnya.



Bagus sekali kalau kamu sudah menyiapkan garis besar novel kamu. Itu artinya kerangka sudah ada. Saran saja, kalau bisa buatlah kerangka dengan lebih detail so ceritamu bisa lebih jelas dan nyata.



Kalau kerangka sudah ada dan sudah mendetail pula, tetap macet karena SUSAH MENGUNGKAPKAN DALAM KATA-KATA, nah … perlu penanganan ekstra nih.



Pernah nggak teman-teman merasakan demikian, rasanya cerita itu udah berjubelan di otak, tapi kok susah banget ya menuangkannya ke dalam kertas?



Cara ngatasinnya gimana dong? LATIHAN. LATIHAN. LATIHAN. Udah pernah aku singgung dalam blog ini, menulis itu ibarat melukis. Itu bisa jadi pelukis kamu perlu banyak-banyak-banyak latihan. Pertama bikin sketsa dulu, lalu meningkat jadi lukisan yang lebih rumit dan rumit.



Tips ini mungkin bisa membantu:



1. Buatlah kalimat yang sederhana. Sederhana di sini bisa berarti lebih gampang dimengerti. Lihat deh kalimat ini:

Semua polisi harus melakukan penegakan hukum.

Semua polisi harus meneggakkan hukum.



Ia bernyanyi dengan nada tidak tepat.

Ia bernyanyi sumbang.



Kalimat kedua lebih simpel kan?



2. Mulailah dengan kalimat yang pendek.

Kalimat yang panjang punya kecenderungan melelahkan pembaca dan lebih sulit dimengerti. Bagi penulis kalimat panjang juga melelahkan lho.



Ibu gemuk yang membawa berbagai macam bawaan dari bus dan menggandeng anaknya itu terlihat marah-marah kepada seorang bapak yang sejak tadi berdiri di sampingnya di dalam bus, sementara si bapak itu memandang si ibu yang memarahinya dengan pandangan tidak mengerti.



Capek deh nulisnya! Apalagi bacanya. Satu kalimat sepanjang itu bisa dipecah menjadi beberapa kalimat pendek yang lebih bernas.



Begitu turun dari bus, ibu gemuk itu langsung marah-marah si bapak. Bapak itu tadinya berdiri di samping si Ibu di dalam bus. Si Ibu masih membawa bawaan segambreng dan menggandeng anaknya. Sementara, Si Bapak memandangnya bengong tak mengerti.



Jangan salah mengerti ya, bukannya kita nggak boleh membuat kalimat panjang. Yang penting adalah strukturnya tetap mudah dicerna.



3. Terus galilah kosakata.

Salah satu alasan mengapa kita macet baik dalam menulis atau bicara adalah kita tidak bisa menemukan kosakata yang tepat.



Pernah nggak terjadi kayak gini, “Nah kan kita nggak punya … apa tuh … organisasi … apaan …?”

“Apaan sih?”

“Itu lho yang kayak menentukan kedudukan ketua, wakil ketua, bendahara, anggota …”

“Susunan?”

“Iya, kayak gitu deh, tapi bukan maksudku.”

“Bukan susunan? Tatanan Organisasi mungkin?”

“Eng iya, tapi apa sih kata yang sering dipakai?”

“Struktur?”

“Yap! Itu! Ya ampun, kok susah banget ya.”



Yup, seperti memori komputer, kalau kamu mau jadi penulis, otakmu harus nyimpen banyak sekali kata.



Bagaimana rasanya jatuh cinta? Apa kata yang tepat untuk menggambarkannya? Senang? Berbunga-bunga? Deg-degan? Melayang? Terbang ke awang-awang? Atau malah mungkin cemas? Grogi? Malu? Kikuk?



Mungkin semua kata “yang basi” itu nggak tepat. Kamu harus cari kata lain, contohnya: jatuh cinta itu kayak naik roaller coaster, naik turun, bikin deg-degan, tapi asyik sih.



Intinya, nggak ada jalan lain selain kamu harus banyak mengoleksi kata dan kreatif memadu-padankannya. Jangan lupa, ada lho buku yang bisa membantu, namanya Thesaurus. Ini buku mirip kamus yang menyediakan sinonim atau kata-kata yang mirip dengan suatu kata tertentu. Misalnya, untuk kata “hantam” kamu bisa mencari kata-kata yang mirip seperti “tonjok, tinju, pukul.”



Untuk pertanyaan terakhir tentang kirim novel, udah pernah dibahas sebelumnya, tapi yang jelas harus lewat pos.



Terus menulis ya.

Cara Nulis Novel

Kalian suka nulis? Selama ini nulis apa aja? Cerpen? Artikel? Puisi? Kalau udah biasa nulis cerpen, aku pikir gampang aja kok bikin novel karena pada dasarnya sama. Hanya saja novel lebih panjang. Untuk novel remaja panjangnya berkisar antara 75 hingga 200 halaman. Caranya?



1. Tentukan ide cerita.
2. Buat karakter-karakternya.
3. Kembangkan plotnya. Intinya ide dan karakter tadi dikembangkan ke dalam suatu jalinan cerita. Untuk menjaga plot ini supaya mulus, aku sarankan buatlah kerangka karangan. Ingat ya dalam novel ada pembagian bab. Jadi kalian juga harus mempertimbangkan ini dalam pembuatan plot.
4. Tentukan “atmosphere”nya, mau kalian buat komedi, romantis, atau misteri? Pasti ini nanti akan memengaruhi plot dan pilihan katamu.
5. Tentukan point of view-nya alias sudut pandangnya. Kalian mau memakai sudut pandang orang pertama alias gaya “aku” atau sudut pandang orang ketika alias gaya “dia”.
6. Bermain-mainlah dengan kata. Ini tentu juga tergantung dengan suasana yang kalian inginkan, plot yang ingin kalian bangun, dan karakter yang ada dalam ceritamu.
7. Oya banyak-banyak baca novel ya, biar kalian makin ngerti gimana sih novel yang oke itu.



Simpel saja kan? Yuk mulai menulis novel.

Sifat-Sifat ( yang Sebaiknya di Miliki Seorang Penulis)

Beberapa saat lalu salah seorang gue yang hobi menulis mengeluh pada gue. Intinya dia marah pada orang-orang yang mengklaim tulisannya di blog pribadinya. Tampaknya dia bete banget sampai ia mengharap Tuhan akan membalas ‘perbuatan’ orang-orang tadi.



Hm, berat ya jadi penulis. Banyak hal yang bisa membuat kita bete mulai dari kritik yang nggak proporsional sampai editor yang seenaknya mengubah tulisan kita.



Menurutku di sinilah seorang penulis perlu mengembangkan sifat-sifat baik, selain terus berlatih untuk meningkatkan mutu tulisannya. Berikut beberapa sifat yang menurutku sebaiknya dimiliki oleh penulis.



1. Sabar

Menulis itu saja merupakan proses yang panjang. Meski ide sudah berkejaran di otak, belum ada alat yang bisa mentransfer pikiran kita dalam sekejap dan bum! Jadilah novel dua ratus halaman.



Begitu tulisan rampung, kita masih harus menunggu penilaian editor. Begitu penilaian editor kelar, kita mesti sabar menunggu proses editing, lalu menunggu lagi hingga karya kita terbit. Next menunggu kapan honor dan royalti masuk rekening.



Alternatif pekerjaan bila kamu tidak sabar: centeng penagih utang.



2. Lapang Dada

Penulis paling hebat sekali pun tetap mendapat kritik dari pembaca. Kritik ini tidak selamanya membangun bahkan sering kali menyakitkan. Tapi pembaca juga berhak berpendapat bukan? Pembaca juga punya selera kan?



Nggak perlu bete bahkan bila ada yang menolak membaca cerpenmu, “Ogah, ah, cerpenmu pasti cengeng.”



Ingat, tidak semua orang suka membaca. Aku tidak suka basket. Jadi maaf saja kalau aku tetap ogah menonton pertandingan NBA sekali pun. Bila kamu mengajakku, jangan kecewa ya kalau aku bilang, “Apa basket? Baca iklan baris lebih asyik kaleee.”



See? Bahkan ketika kritik itu pedas banget, terimalah. Tetaplah tegar dan coba kamu pikirkan, jangan-jangan kritik itu benar?



BIla kamu nggak bisa berlapang dada jadilah: penjagal kambing/ sapi. Kalau ada pelanggan yang protes tinggal bilang, “Potong aja ndiri.”



3. Tidak mudah puas

Penulis yang ingin sukses harus selalu belajar. Belajar dari buku, dari penulis lain, dari mana pun. Mungkin cerpenmu sudah pernah menerima penghargaan. Mungkin novelmu cetak ulang lima kali. Tapi semua kesuksesan itu akan berlalu bila mutu tulisanmu tidak meningkat atau temamu tidak berubah atau cerpenmu berhenti setelah tiga kali terbit di koran lokal.



Pekerjaan yang cocok buat kamu yang mudah puas: tidak ada. Siap-siap jadi pengangguran abadi.



4. Tidak Sombong

Tulisanmu mungkin memang bagussss banget. Kamu aja terpesona pada tulisanmu sendiri. Kamu betah baca cerpenmu berulang-ulang. Tapi, coba deh baca tulisan begawan-begawan sastra. Nggak tau apa yang salah deh kalau kamu nggak minder sejenak dan terpacu buat menyamai atau malah melebihi kepiawaian mereka.



Kalau ingin sombong jadilah: sales. Seharian kamu bisa menyombongkan produkmu atau kesuksesanmu karena udah berhasil menjual tiga botol multivitamin kepada prospek berikutnya.



5. Welas Asih

Penulis akan terlibat dengan bekerja dengan banyak orang: editor, desainer, bagian promosi, atau penulis lain. Editor bisa salah, penerbit bisa lelet, bagian promosi mungkin tidak becus. Berusahalah memahami mereka. Berusaha berempati dan bekerja sama dengan baik.



Aku pernah mendengar seorang penulis yang memaki editor, seorang penulis yang serba menuntut ini itu pas diundang talk show. Hm, kita berhak untuk mendapat yang terbaik. Tapi ingat, bila tidak ada orang-orang ini, kita mungkin bahkan tidak bisa menerbitkan buku.



Kalau susah berwelas asih mungkin kamu lebih cocok jadi: jaksa penuntut umum.



6. Peka

Ini berhubungan dengan kreativitas kita. Kita harus peka untuk menangkap ide yang bisa datang kapan saja. Kita juga harus peka dengan apa yang kita tulis, apa efeknya.



Kalau kamu tidak peka: profesi supir metromini mungkin bisa dipertimbangkan.

Sabtu, 16 Januari 2010

Apa yang Kamu Harapkan??

Apa yang kamu harapkan dari sebuah persahabatan? Apakah memang murni sebuah persahabatan? Atau ada hal lain yang kamu harapkan dari sahabatmu? Mari sedikit membahas hal ini. Saat ini pukul lima dini hari dan aku sedang terlalu lelah untuk belajar :( dan aku merasa harus menuangkan pikiran ini di suatu tempat yang tidak terlalu umum.

Well, sekarang pikirkan tentang sahabat-sahabat kalian. Ingat-ingat segala hal yang pernah kalian lakukan bersama. Bisakah kalian menyebutkan minimal satu hal yang telah kalian lakukan untuk mereka? :-/ Aku sesungguhnya tidak bisa karena aku tidak bisa membedakan antara hal yang aku berikan semata-mata untuk mereka dan hal yang aku lakukan untuk kami semua. Setelah itu, pikirkan, apakah kalian pernah mendapatkan sesuata yang kalian harapkan dari mereka?

Aku diajari oleh kakakku bahwa dalam persahabatan tidak ada hal yang memang dinantikan. Segalanya datang begitu saja dan segalanya dilakukan dengan spontan. Tidak butuh rencana dalam persahabatan. Tidak ada target dalam persahabatan. Itu adalah pelajaran yang aku tangkap dari kakakku, entah benar atau salah aku mengartikannya.

Namun bagaimana dengan versiku? Aku percaya sesunguhnya ada hal yang bisa kita harapkan dari sahabat kita. Setiap orang punya hak untuk berharap dan menggantungkannya pada siapapun. Lalu orang yang digantungkan juga memiliki hak untuk menolak.

Aku bukan orang yang mudah bersosialisasi, itu fakta. Terlalu banyak pertimbangan dan perhitungan dalam diriku untuk bersosialisasi. Tapi itu tidak berarti aku tidak pernah mencoba bersosialisasi. Tapi kegiatan bersosialisasi bagiku adalah racun yang teramat sangat beracun, entah kenapa. Pasti banyak orang yang tidak setuju dengan pernyataanku tadi :p. Jadi, ketika aku telah melakukan sosialisasi, sebuah kegiatan yang butuh perjuangan, aku merasa aku boleh mengharapkan sesuatu setelahnya.

Namun, apa jadinya ketika hal yang kamu harapkan tidak ada? Hal ini sesungguhnya pernah dipertanyakan oleh kakak sepupuku. Saat itu kami sedang berbincang-bincang. Aku ditanya “Apa yang akan kamu lakukan jika segala hal yang kamu harapkan tidak ada?” Jawabanku spontan dan tegas, yaitu “Menciptakan agar jadi ada Kak. Karena orangnya banyak, pasti mungkin untuk menciptakan sesuatu yang tadinya tidak ada.” Ternyata tidak semudah itu.

Kali ini, aku dihadapkan pada fakta APA YANG AKU HARAPKAN TIDAK ADA, namun bukan di himpunan. Mengatakan bahwa hal-hal yang kuharapkan tidak ada tidak berarti aku tidak mendapat apa-apa. Aku jelas mendapatkan sesuatu, aku yakin akan hal itu. Kembali ke jawabanku ketika wawancara. Harusnya aku mencoba untuk menciptakannya. Namun, entah kenapa aku merasa hanya aku yang merasa masih ada yang kurang dari kehidupan persahabatanku. Jadi, kendalaku saat ini adalah kekurangan orang.

Ada yang pernah bilang padaku, segala hal itu ada waktunya. Maksudnya, di usia kamu yang sekarang, belum waktunya untuk membuat ada hal yang tidak ada jika kamu sendirian. Kalau yang kamu cari tidak ada di tempat itu, cari lagi di tempat lain dan tinggalkan tempat itu. Saat berbicara tentang hal ini, konteks pembicaraannya bukan tentang sahabat. Namun, apakah hal ini dapat diterapkan dalam persahabatan?

Hmm..apa yach??

Sebenarnya kalo aku disuru ngobrol tentang cinta paling gak bisa deh yaa.. meskipun aku tahu apa itu arti sebuah cinta..dulu kakak sepupuku bilang..aku bisa apa sih..kalo ngomong cinta gak ada mellow-melownya..banyak yang gak suka, kasian banget!!! mungkin juga karena aku belum merasakan cinta itu???

Emang agak munak kali yaaa, kalo kita males denger yang namanya cinta. Aku yakin manusia “se-metal apapun” mengidolakan siapapun, tau yang namanya cinta. Bohong kalo kita gak pernah menjalani cinta.. aku juga baru tau, dan mungkin kalian gak kerasa kalo hidup kita 24 jam dipenuhi dengan cinta.

Bangun pagi kita dibangunin orang tua dengan kasih sayangnya, walaupun harus teriak sampe tentangga lapor ke RT, atau jendela kamar sengaja dibuka biar kita kena sinar matahari dan terbangun. Walaupun agak main maksa, tapi mereka melakukannnya dengan cinta. Kalo gak?!? kalian gak bakalan sekolah, berangkat sekolah musti telat, kena peringatan, terakhir DO..mhhmmm..amit-amit..deh yaa..hahaha..kayanya nyindir seseorang nie…

Lanjut berangkat sekolah, ketemu teman, sahabat, pacar, selingkuhan, ttm, hts, guru, ampe kepala sekolah. Kita baik ramah karena kita punya hati dan hati kecil kita dimodalin dengan cinta, dan sampe kita ke rumah, dan bermimpi itu semua karena cinta..wuiiihhh…Joy Tobing banget sihh..hahaha..Terus kehari selanjutnya yaa itu aja aktifitas kita dan selalu akan berulang.

Nah, yang bikin aku juga sedikit tersinggung, ada seorang yang pernah Tanya ke aku. Pernah kamu berterima kasih kepada Tuhan dengan CintaNya..Pernahkah kita bilang “Tuhan, terima kasih atas nafas yang Kau berikan padaku”, “Tuhan, terima kasih uda ngasi aku badan tinggi, cakep, cantik, dan banyak yang naksir”, “Tuhan, terima kasih akhirnya guru ku gak tau kalo aku nyontek”hahahaha..kalo itu gak yaa..hehehee

Karena itu, tiba – tiba ada seorang yang buat inspirasi blog. Banyak banget cerita yang dikirim via sms pada. Dan SMS dari dia buat pelajaran baru buat aku.Makanya ada rencana sih semua sms ataupun cerita yang masuk ke aku dari teman bakalan aku share diblog ini. Pengennya sih bukan nge-klaim cerita orang punya ku, tapi pengen berbagi aja sih… tapi yakin deh, ada cerita dari sapa pun bakalan aku kasi tag namanya..hahaha….takut di tuntut nie dan di-klaim. Kan lagi musim nge-klaim..(Negara yang tersindir sorry cuuyy…)

Peter dan Tina

"katakan sebelum terlambat"

Peter dan Tina sedang duduk bersama di taman kampus tanpa melakukan apapun,
hanya memandang langit sementara sahabat-sahabat mereka sedang asik
bercanda ria dengan kekasih mereka masing-masing.

Tina: "Duh bosen banget. Aku harap aku juga punya pacar yang bisa berbagi
waktu denganku."

Peter: "Kayaknya cuma tinggal kita berdua deh yang jomblo. cuma kita berdua
saja yang tidak punya pasangan sekarang."
(keduanya mengeluh dan berdiam beberapa saat)

Tina: "Kayaknya aku ada ide bagus deh. kita adakan permainan yuk?"
Peter: "Eh? permainan apaan?"

Tina: "Eng... gampang sih permainannya. Kamu jadi pacarku dan aku jadi
pacarmu tapi hanya untuk 100 hari saja. gimana menurutmu?"

Peter: "Baiklah.... lagian aku juga gada rencana apa-apa untuk beberapa bulan
ke depan."

Tina: "Kok kayaknya kamu gak terlalu niat ya... semangat dong! hari ini akan
jadi hari pertama kita kencan. Mau jalan-jalan kemana nih?"

Peter: "Gimana kalo kita nonton saja? Kalo gak salah film The Troy lagi maen
deh. katanya film itu bagus"

Tina: "OK dech.... Yuk kita pergi sekarang. tar pulang nonton kita ke
karaoke ya...
ajak aja adik kamu sama pacarnya biar seru."

Peter : "Boleh juga..."
(mereka pun pergi nonton, berkaraoke dan Peter mengantarkan Tina pulang
malam harinya)

Hari ke 2:
Peter dan Tina menghabiskan waktu untuk ngobrol dan bercanda di kafe,
suasana kafe yang remang-remang dan alunan musik yang syahdu membawa hati
mereka pada situasi yang romantis. Sebelum pulang Peter membeli sebuah
kalung perak berliontin bintang untuk Tina.

Hari ke 3:
Mereka pergi ke pusat perbelanjaan untuk mencari kado untuk seorang sahabat
Peter.
Setelah lelah berkeliling pusat perbelanjaan, mereka memutuskan membeli
sebuah miniatur mobil mini. Setelah itu mereka beristirahat duduk di
foodcourt, makan satu potong kue dan satu gelas jus berdua dan mulai
berpegangan tangan untuk pertama kalinya.

Hari ke 7:
Bermain bowling dengan teman-teman Peter. Tangan tina terasa sakit karena
tidak pernah bermain bowling sebelumnya. Peter memijit-mijit tangan Tina
dengan lembut.

Hari ke 25:
Peter mengajak Tina makan malam di Ancol Bay . Bulan sudah menampakan diri,
langit yang cerah menghamparkan ribuan bintang dalam pelukannya. Mereka
duduk menunggu makanan, sambil menikmati suara desir angin berpadu dengan
suara gelombang bergulung di pantai. Sekali lagi Tina memandang langit, dan
melihat bintang jatuh. Dia mengucapkan suatu permintaan dalam hatinya.

Hari ke 41:
Peter berulang tahun. Tina membuatkan kue ulang tahun untuk Peter. Bukan
kue buatannya yang pertama, tapi kasih sayang yang mulai timbul dalam
hatinya membuat kue buatannya itu menjadi yang terbaik. Peter terharu
menerima kue itu, dan dia mengucapkan suatu harapan saat meniup lilin ulang
tahunnya.

Hari ke 67:
Menghabiskan waktu di Dufan. Naik halilintar, makan es krim bersama,dan
mengunjungi stand permainan. Peter menghadiahkan sebuah boneka teddy bear
untuk Tina, dan Tina membelikan sebuah pulpen untuk Peter.

Hari ke 72:
Pergi Ke PRJ. Melihat meriahnya pameran lampion dari negeri China.. Tina
penasaran untuk mengunjungi salah satu tenda peramal. Sang peramal hanya
mengatakan "Hargai waktumu bersamanya mulai sekarang", kemudian peramal itu
meneteskan air mata.

Hari ke 84:
Peter mengusulkan agar mereka refreshing ke pantai. Pantai Anyer sangat sepi
karena bukan waktunya liburan bagi orang lain. Mereka melepaskan sandal dan
berjalan sepanjang pantai sambil berpegangan tangan, merasakan lembutnya
pasir dan dinginnya air laut menghempas kaki mereka. Matahari terbenam, dan
mereka berpelukan seakan tidak ingin berpisah lagi.

Hari ke 99:
Peter memutuskan agar mereka menjalani hari ini dengan santai dan sederhana.
Mereka berkeliling kota dan akhirnya duduk di sebuah taman kota.


15:20 pm
Tina: "Aku haus.. Istirahat dulu yuk sebentar."
Peter: "Tunggu disini, aku beli minuman dulu. Aku mau teh botol saja. Kamu
mau minum apa?"
Tina: "Aku saja yang beli. kamu kan capek sudah menyetir keliling kota hari
ini. Sebentar ya"
Peter mengangguk. kakinya memang pegal sekali karena dimana-mana Jakarta
selalu macet.



15:30 pm
Peter sudah menunggu selama 10 menit and Tina belum kembali juga.
Tiba-tiba seseorang yang tak dikenal berlari menghampirinya dengan wajah
panik.
Peter : "Ada apa pak?"
Orang asing: "Ada seorang perempuan ditabrak mobil. Kayaknya perempuan itu
adalah temanmu"
Peter segera berlari bersama dengan orang asing itu.
Disana, di atas aspal yang panas terjemur terik matahari siang,tergeletak
tubuh Tina bersimbah darah, masih memegang botol minumannya.
Peter segera melarikan mobilnya membawa Tina ke rumah sakit terdekat.
Peter duduk diluar ruang gawat darurat selama 8 jam 10 menit.
Seorang dokter keluar dengan wajah penuh penyesalan.


23:53 pm
Dokter: "Maaf, tapi kami sudah mencoba melakukan yang terbaik. Dia masih
bernafas sekarang tapi Yang kuasa akan segera menjemput. Kami menemukan
surat ini dalam kantung bajunya."
Dokter memberikan surat yang terkena percikan darah kepada Peter dan dia
segera masuk ke dalam kamar rawat untuk melihat Tina. Wajahnya pucat tetapi
terlihat damai.
Peter duduk disamping pembaringan tina dan menggenggam tangan Tina dengan
erat.
Untuk pertama kali dalam hidupnya Peter merasakan torehan luka yang sangat
dalam di hatinya.
Butiran air mata mengalir dari kedua belah matanya.
Kemudian dia mulai membaca surat yang telah ditulis Tina untuknya.


Dear Peter...
ke 100 hari kita sudah hampir berakhir.
Aku menikmati hari-hari yang kulalui bersamamu.
Walaupun kadang-kadang kamu jutek dan tidak bisa ditebak,
tapi semua hal ini telah membawa kebahagiaan dalam hidupku.
Aku sudah menyadari bahwa kau adalah pria yang berharga dalam hidupku.
Aku menyesal tidak pernah berusaha untuk mengenalmu lebih dalam lagi
sebelumnya.
Sekarang aku tidak meminta apa-apa, hanya berharap kita bisa memperpanjang
hari-hari kebersamaan kita. Sama seperti yang kuucapkan pada bintang jatuh
malam itu di pantai,
Aku ingin kau menjadi cinta sejati dalam hidupku. Aku ingin menjadi
kekasihmu selamanya dan berharap kau juga bisa berada disisiku seumur
hidupku. Peter, aku sangat sayang padamu.

23:58
Peter: "Tina, apakah kau tahu harapan apa yang kuucapkan dalam hati saat
meniup lilin ulang tahunku?
Aku pun berdoa agar Tuhan mengijinkan kita bersama-sama selamanya..
Tina, kau tidak bisa meninggalkanku! hari yang kita lalui baru berjumlah 99
hari!
Kamu harus bangun dan kita akan melewati puluhan ribu hari bersama-sama!
Aku juga sayang padamu, Tina. Jangan tinggalkan aku, jangan biarkan aku
kesepian!
Tina, Aku sayang kamu...!"

Jam dinding berdentang 12 kali.... jantung Tina berhenti berdetak.
Hari itu adalah hari ke 100...


Katakan perasaanmu pada orang yang kau sayangi sebelum terlambat.
Kau tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi besok.
Kau tidak akan pernah tahu siapa yang akan meninggalkanmu dan tidak akan
pernah kembali lagi.